Di era teknologi dan informasi yang sangat cepat, melahirkan banyak penulis online yang bertebaran bak jamur di musim hujan. Ditambah banyak platfrom menulis seperti Wattpad, KBM, Innovel, Fizzo, novelme, dan masih banyak lainnya, yang menjadi wadah bagi para penulis untuk menyalurkan hobi dan kreatifitas mereka.
Tidak hanya menyalurkan hobi, kehadiran platfrom menulis juga memberikan mereka pemasukkan berupa uang. Para penulis bisa mendapat uang meski hanya di rumah saja. Namun beberapa kemudahan inilah yang kadang menyetir pemikiran orang bahwa menjadi penulis online artinya benar-benar hidup bak di negeri dongeng. Tidak ada keringat, tidak ada kesulitan. Mereka cuma nulis ... tapi semua tidaklah benar.
Berikut beberapa hal yang sering terjadi pada penulis online, menurut perspektif penulis :
1. Mabuk kata.
Hal semacam ini sering terjadi pada penulis online. Victor Hugo novelis asal Prancis dalam bukunya yang berjudul "Les Miserables" mengatakan bahwa ada hal yang paling buruk dari neraka penderitaan yaitu neraka kebosanan.
Yap. Otak manusia merupakan laptop tercanggih yang pernah ada, sangking canggihnya, otak akan merasa bosan dengan sesuatu yang terus berulang, termasuk kata. Seringkali penulis online mengalami dilema membagi waktu antara terus menulis atau berhenti sejenak untuk membaca. Tuntutan deadline dan tuntutan memperbarui kosa kata mengharuskan penulis pandai dalam membagi waktu dengan baik antara menulis dan membaca.
Mabuk kata bisa menyebabkan seorang penulis mengalami stuck, bingung dan bahkan bisa sampai ke titik pesimis akan tulisnya sendiri. Sama seperti mabuk, mabuk kata juga berakibat pada pusing kepala dan kantong kering.
2. Tangan kesemutan.
Dalam bahasa medisnya disebut Carpal tunnel syndrome (CTS) yaitu saraf medianus yang terjepit didaerah bagian pergelangan tangan. Seharian bergerak di atas tools keyboard, sangat memungkinkan untuk para penulis online mengalami hal semacam ini. Apalagi bagi penulis yang malas melakukan peregangan otot-otot jari sebelum mulai menulis.
Dalam keadaan seperti ini yang bisa penulis lakukan hanya diam sejenak sembari berdzikir — biar dapat pahala. Lalu berjanji pada diri sendiri untuk mulai rutin perengangan tangan. Jari-jari yang kesemutan harus diistiraharkan setidaknya selama 15 menit. Memaksakan tangan untuk terus menulis malah akan berdampak buruk.
Hambatan semacam ini, membuat penulis kehilangan kesempatan untuk langsung menulis ide emas yang kadang datang tiba-tiba dan hilang begitu saja. So sad ... xixixi
3. Bak Kerja Rodi.
Penulis online pasti tidak asing dengan istilah daliy, yap ... sesuai namanya artinya setiap hari. Dari proses daliy inilah penulis online yang belum memiliki pembaca bisa mendapat uang, mereka hanya perlu mengejar minimal kata yang ditentukan platfrom untuk bisa mendapat gaji di bulan setelahnya.
Biasanya di setiap platfrom menulis memiliki ketentuan libur yang berbeda-beda, ada yang empat hari dan ada juga yang dua hari. Tapi hal ini sebenarnya tidak terlalu membantu penulis online untuk bisa mencari jeda mengisitirahatkan kepala yang rasanya udah cenat-centut, pasalnya dalam sistem daliy ada minimal kata yang dikejar pada bulan itu. Jadi libur atau tidak libur sama saja tetap harus nulis.
4. Incomen lama masuk
Penulis online melakukan segalanya secara online, termasuk urusan gaji. Sistem online inilah yang terkadang memakan banyak waktu, mulai dari menunggu acc dari platfrom, proses masuk ke dompet internasional seperti paypal atau payoneri sampai menunggu proses masuk ke bank. Penulis online harus banyak stok sabar dalam menghadapi situasi semacam ini.
5. Selalu diremehkan.
Memutuskan untuk menjadi penulis online artinya harus terbiasa dengan perkataan yang nyelikit sampai ubun-ubun. Mental harus sekuat baja bukan hanya menghadapi kritik pedas pembaca tapi juga dalam menanggapi kalimat, "enak banget ya, cuma nulis doang", "kerjaan Lo apaan sih? cuma duduk doang" dan beragam kalimat satir lainnya.
Di rumah aja, ngadep laptop seharian, tapi dapat uang. See ... Sama sekali terlihat tidak memiliki effort sebagaimana pekerjaan pada umumnya.
Ditambah lagi mindset orang Indonesia yang kebanyakan mengaitkan keluar rumah sama dengan berkerja, di rumah saja artinya pengangguran. Yang bisa kita lakuin hanya ... tutup telinga. Gak perlu diladenin, percuma.
Ingat ... Allah hanya memberikan dua tangan untuk menutup telinga, bukan menutup mulut emak-emak komplek yang julidnya ngalahin komentator.
Inilah hal yang sebenarnya dari seorang penulis online. Buat kalian yang selalu berpikir nulis itu "cuma nulis", kalian salah besar. Menulis itu gak hanya menuliskan sebuah huruf di secarik kertas, tapi di dalamnya juga ada proses berpikir dan proses kreatif. Mengombinasikan keduanya itu gak semudah mengedipkan mata ke gebetan. Semua butuh waktu, usaha dan proses.
So, berhenti menilai pekerjaan orang lain dengan kata 'cuma', karena setiap pekerjaan layak untuk di hargai.
See you next time xixixi :)
0 comments:
Post a Comment