Di kegelapan malam hari selasa tepat 1 Februari 2022, Rayan bocah kecil berumur 5 tahun itu tengah menemani sang ayah memperbaiki sumur di atas perbukitan Chefchaouen, Maroko. Namun, tak disangka, saat sang ayah tengah asik berkutat dengan sumur hingga lupa sekitar, si bocah Rayan luput dari pengawasannya. Ia keasikan bermain-main di pinggiran mulut malaikat maut yang tengah mencari mangsanya. Tanpa direncanakan, ia tak sengaja terjungkal ke dalam sumur tenggelam di tengah gelapnya malam, udara dingin menusuk-nusuk tulang belulang. Tak ada yang menyadarinya. Sang ayah pun juga demikian belum menyadari bahwa sang anak tengah berjuang sendirian melawan takdirnya untuk bertarung dengan kematian, ke sana-ke mari mencari, tak memperdulikan kantuk yang mulai menyerang, ia tahan matanya untuk tetap terjaga sembari masih mencari buah hati tercinta. Namun tak ada kepastian keberadaannya. Hingga akhirnya terdengar suara rintihan, menangis sambil menjerit sekuat tenaga sembari berharap ada yang mendengar. “Angkat aku!” Kerabat yang mendengar pun buru-buru mencari asal tangisan takutnya ada hal yang menakutkan. Tepat di dalam sumur suara tangisannya terdengar. Dengan alat seadanya, berbekal lampu dari ponsel, ia arahkan ke moncong sumur berharap dapat mengetahui gerangan apa yang menangis. Boom... anak kecil rayan terperangkap di dalam sumur maut kedinginan sendirian melingkup menahan dinginnya malam di kedalaman. Lekas memanggil bantuan, ayahnya pun mengetahui, merasa bersalah atas kelalaiannya berujung kesengsaraan sang anak sendirian di dalam sumur yang dalam ditambah cuaca dingin yang mendera mengakibatkan sang anak menggigil tanpa ada kehangatan pelukan dari sang bunda. Kondisi sumur yang lembab menambah kekhawatirannya akan binatang buas yang berkeliaran seperti ular atau reptil berbahaya lainnya, nyawa sang anak dipertaruhkan akibat kelalaiannya. Penyesalan mendalam menderanya.
Tak berselang lama tim penyelamat datang. Misi penyelamatan dimulai, melakukan serangkaian upaya penyelamatan namun itu semua gagal. Sial... Sumurnya cukup dalam sedalam 32 meter, itu bukan masalah, tapi besarnya cukup sempit, semakin ke dalam, lubang sumur kian menjorok, terus menyempit sedang melakukan filter siapa saja yang dapat masuk, naasnya para anggota tim penyelamat tak memenuhi kriteria untuk bisa masuk, sumur berulang kali menolak tubuh orang dewasa masuk. Tak mudah menyerah tentu semangat yang dimiliki para petugas penyelamat, mereka segera memanggil bala bantuan, sembari menunggu datangnya bantuan, kehidupan Rayan harus dijamin agar misi ini berjalan sempurna. Selang kecil cukup panjang dengan seutas tali dikirim mengangkut makanan, air, serta oksigen demi menjaga kelangsungan hidup bocah naas itu. Suara gemuruh mulai terdengar, bala bantuan berdatangan, tangan-tangan kuat bermesin dikerahkan dengan ratusan tim penyelamat gabungan mendampingi. Segera tersiar operasi besar-besaran penyelamatan bocah Rayan menggaung ke seluruh penjuru negeri. Ribuan orang di sekitaran mulai berdatangan dengan perbekalan yang cukup, mereka mendirikan tenda-tenda di kawasan tempat kejadian mengerikan itu. Memberikan dukungan dan bantuan kepada para tim penyelamat, rangkaian doa-doa mulai bergema di seluruh dunia. Tak hanya dalam negeri, kabar operasi ini telah terdengar hingga lintas benua, televisi-televisi tak henti-henti menyiarkan proses penyelamatan. Teknik penyelamatan lainnya mulai diterapkan dengan tangan-tangan bermesin mulai menggali lubang horizontal disekitar sumur dengan penuh kehati-hatian agar tak menimbulkan gangguan yang bisa berakibat tanah longsor bahkan runtuhnya sumur tersebut, penggalian dimulai, tangan-tangan bermesin mulai menggali bumi dari ujung tebing, sedikit demi sedikit tanah-tanah mulai ditarik keluar dari tubuhnya. Hari berganti hari, jam berganti jam, menit berganti menit, detik berganti detik penggalian terus berlanjut, lautan manusia semakin bertambah ingin menyaksikan proses penyelamatan, hadir pula orang tua dari Rayan didampingi mobil ambulans yang siap memberi pertolongan pertama, doa-doa masih terus bergema. Semangat dari tim penyelamat kian membara. “Anakku pasti selamat!” optimis dari sang ibu kian membakar semangat para pejuang penyelamat tak ingin harapan ibunda Rayan gugur. Selang 4 hari cahaya keberhasilan kian mendekat, penggalian telah mendekati sumur tempat terjebaknya bocah Rayan, berganti tugas tangan-tangan bermesin diistirahatkan takutnya terjadi hal yang tak diinginkan, berganti tangan-tangan penuh kasih sayang melanjutkan penggalian. Batu besar di hati akhirnya terangkat, selangkah lagi penyelamatan berhasil. Bocah Rayan mulai terlihat. Cepat... Cepat... Cepat.... kita harus cepat, itu dia, akhirnya kita berhasil mengangkatnya dari lubang menakutkan itu. Mobil ambulans lekas menghampiri memberi pertolongan pertama, helikopter bersiap mengantarkan ke rumah sakit terdekat. Sorak-sorai tangisan syukur mulai bergema, Alhamdulillah akhirnya Rayan bisa diselamatkan. Kegundahan orang tua Rayan berangsur mulai menghilang melihat sang anak telah dikeluarkan dari lubang penuh nestapa itu. Helikopter siap berangkat, Rayan telah dimasukkan ke dalamnya dan mulai terbang dengan kecepatan penuh mengantar Rayan ke rumah sakit demi memastikan kehidupannya.
Namun, tak disangka kegembiraan itu berlalu cukup cepat. Tim penyelamat telah kalah dalam perlombaan untuk meraih Rayan dari jurang kematian dikalahkan oleh malaikat maut. Mereka kalah cepat dibalap ketika akan mencapai garis finis. Terlalu cepat merayakan kemenangan hingga tak lagi waspada. Isak tangis dan air mata bercucuran mengantar kepergian Rayan. Operasi penyelamatan tak berjalan sesuai rencana, harapan orang tua dan seluruh orang diruntuhkan. Penyesalan ayah Rayan kian tak terbendung buah hatinya tersayang pergi meninggalkannya, pergi jauh di luar jangkauan untuk dikunjungi, hanya doa-doa sebagai pengobat rindu, karena kelalaiannya, kini Rayan diambil oleh Tuhan untuk dijaga-Nya. Ucapan duka bak banjir bah terus berdatangan, telpon ayah Rayan berdering, panggilan dari raja Maroko Mohammed VI menyampaikan duka mendalam atas kepergian Rayan. Akhirnya operasi besar-besaran penyelamatan Rayan berakhir duka setelah 5 hari perjuangan tak kenal lelah. Namun, Tuhan menganggap perjuangan itu belom cukup untuk mengambil Rayan kembali.