Jika
Amerika Serikat dikenal sebagai negara superpower di dunia nyata, namun di
dunia maya Amerika Serikat bukanlah apa-apa sebab negara superpower di dunia
maya adalah Indonesia dengan skill individu netizennya yang mampu melenyapkan
akun media sosial dengan jumlah pengguna media sosial terbanyak. Berdasarkan
Data Repotal jumlah pengguna media sosial di Indonesia sebanyak 191,4 juta
pengguna atau 68,9% dari total populasi penduduk Indonesia. Hal ini dibuktikan
pada gelaran Seagame yang dilaksanakan di Vietnam sebanyak 3 akun media sosial
hilang dari peredarannya, yaitu akun dari wasit yang memimpin jalannya semifinal
sepakbola Indonesia Vs Thailand Yahya Al-Mula, punggawa Timnas sepakbola
Thailand Jonathan Kheemde, dan akun official dari Mobile Legend Vietnam raip
hanya dalam hitungan jam. Menurut berita yang bola.okezon.com akun
Jonathan Kheemde hilang karena kerap memprovokasi para pemain Indonesia hingga
3 pemain Indonesia memperoleh kartu merah, tidak hanya 1 akun tapi 2 akun
Jonathan Kheemde hilang hanya dalam kurun waktu 12 jam, sedangkan akun wasit
Yahya Al-Mula dianggap kerap memberikan keputusan yang merugikan timnas
Indonesia seperti memberikan 3 kartu merah kepada 3 pemain timnas Indonesia dan
hanya 1 kartu merah kepada timnas Thailand padahal banyak sekali pemain
Thailand yang melakukan provokasi dalam pertandingan ini, sungguh mencengangkan
kekuatan netizen Indonesia. Ini membuktikan bahwa kekuatan Indonesia di jagat
maya patut diperhitungkan. Tidak hanya itu, akhir-akhir ini Indonesia juga
dihebohkan oleh Podcast Dedy Corbuzier yang mengundang pasangan LGBT Ragil dan
suaminya turut menjadi samsak tinjuan dari para netizen hingga pada akhirnya
video tersebut ditakedown atas permintaan dari guru beliau; Gus Miftah.
Dedy Corbuzier dianggap
mempromosikan LGBT dalam konten tersebut; membahas LGBT secara gamblang dan
menyeluruh; bahkan di dalam konten tesebut DC bertanya “apakah bisa saya
menjadi seorang LGBT?”. Pembahasan inilah yang menyulut banyaknya pro kontra
yang ada ditambah judul dari podcast tersebut yang mengandung kata “tutorial”
menyiratkan bahwa DC sedang mempromosikan LGBT. Selain itu, mencuat juga tagar
#kamimenerimaperbedaanbukanpenyimpangan. Menurut Ismail pendiri Drone Emprit
dan Media Kernels Indonesia, terdapat 3 poin dalam podcast DC, yaitu etika
berinternet, streisand effect, dan hoax followers Deddy
Corbuzier yang berkurang. Ia menjelaskan dalam etika berinternet atau netiket
ada 3 hal yang harus diperhatikan; budaya, kebiasaan dll di lokasi anda,
hati-hati dengan efek power anda (follower), dan sarkasme mudah disalahartikan.
Dalam podcast DC, Ismail menuturkan bahwa podcast tersebut mengandung sarkasme
yang disalah artikan: ketika ditanyai oleh gus Miftah mengapa menggunakan judul
“tutorial” DC mengungkapkan bahwa niatnya agar orang bisa menghindari gay.
Selain itu, menurut Ismail podcast DC merupakan salah satu contoh dari streisand
effet: ketika sebuah informasi (gay) tidak ingin disebarkan karena menjadi
polemik malah menyebar luas. Yang terakhir menurut Ismail dalam berita viral
podcast DC ada juga unsur hoax, yaitu hilangnya 8 juta follower DC, padahal
pada 3 Januari 2022 jumlah followernya hanya 9 juta dan sekarang 11 juta, jika
berkurang 8 juta harusnya Januari followersnya sekitar 16-17 jutaan. Dari sini
membuktikan bahwa netizen Indonesia cukup kritis dalam menanggapi fenomena yang
ada.
Namun, hal tersebut kadang tidak dibarengi
dengan kebijaksanaan dalam menanggapi fenomena yang ada. Berdasarkan riset yang
dilakukan Microsoft; netizen Indonesia dinilai sebagai netizen yang paling
tidak sopan padahal bangsa Indonesia dikenal masyarakat dunia sebagai bangsa
yang ramah. Berdasarkan berita yang dilansir Tribunnews.com ada 3 hal yang
menjadi alasan netizen Indonesia dinilai tidak sopan yaitu hoaks dan penipuan;
faktor ini paling tinggi skornya dengan 47 persen dan ujaran kebencian berada
pada 27 persen, dan diskriminasi sebesar 13 persen. Bukannya memperbaiki diri
justru netizen Indonesia menyerang akun Microsoft dengan dalih Indonesia
memiliki sila ke 3 “Persatuan Indonesia” soal serang menyerang pasti netizen
+62 bersatu. Akibatnya kolom komentar media sosial Microsoft dinonaktifkan
gegara tak mampu lagi menahan gempuran netizen Indonesia. Hal ini membuktikan
bahwa cara berpikir atau sudut pandang netizen Indonesia dalam menanggapi
sesuatu sangat mengkhawatirkan perlu dilakukan pembenahan agar tidak
mencontreng nama baik bangsa. Masak bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang
paling ramah di dunia tapi netizennya tidak sopan-sopan? Sudah dibilang netizen
paling tidak sopan bukannya memperbaiki diri, eh justru langsung melancarkan
serangan. Hal tersebut terjadi karena kurangnya edukasi sejak dini baik dari
negara, orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitar. Negaralah yang harus
berusaha semaksimal mungkin dibantu oleh para pegiat internet untuk melakukan
edukasi sejak dini, sebab orang tua dan tokoh masyarakat pada umumnya bukanlah
native digital, jadi mereka tidak terlalu mengenal dunia digital. Maka sudah
seharusnya negara menyusun kurikulum pendidikan internet untuk mendorong
edukasi berinternet yang baik dan aman. Selain itu, negara juga harus membangun
media sosial lokal agar dapat melakukan pengawasan yang lebih optimal.
0 comments:
Post a Comment