Pernah nggak, sih, kamu pengen banget mengubah kebiasaan tapi magernya tingkat dewa?
Misalnya, nih, kamu pengen mengubah kebiasaanmu yang tadinya
selalu tidur setelah subuh, karena kamu tahu itu nggak sehat, jadi kamu pengen
mengubah itu menjadi kebiasaan baru yang membuat tubuh jadi sehat, contohnya
olahraga. Nah, masalahnya, magernya bukan main. Susah banget buat berubah
karena mager.
Akhirnya kamu malah berpikir: “Besok aja, deh, mulainya.”
Atau misalnya, kamu punya rencana hari ini mau ngerjain
tugas, nggak mau rebahan terus. Tapi ternyata, scrolling medsos sambil rebahan kok lebih
asyik. Akhirnya, tugasnya ditunda lagi.
“Nanti dulu, deh, masih mager nih.”
“Ah, deadline masih lama, kok, ntar aja ngerjainnya.”
Jadi deh, satu jam sebelum deadline, tugasnya baru dikerjain. Wah, kalau mati lampu, gimana tuh nasibnya?
Kira-kira, kenapa, ya, alasannya kita sering mager tingkat
dewa?
Nah, sebelum tahu alasannya, kamu harus tahu bagaimana kebiasaan terbentuk. James Clear, seseorang yang terkenal dengan sebutan “Pakar Kebiasaan”, menjelaskan dalam bukunya berjudul Atomic Habits, bahwa ada empat pola yang membentuk kebiasaan.
Apa saja empat pola membangun kebiasaan?
1. Petunjuk.
Petunjuk
memberi sinyal kepada otak untuk memulai suatu kegiatan. Contohnya, Hp berdering, menandakan sebuah petunjuk agar kamu mengambil hp.
2. Gairah.
Gairah adalah penggerak atau motivasi untuk melakukan sesuatu. Contohnya, Hp berdering, kamu bergairah/bersemangat untuk mengambil hp karena penasaran apakah ada notif, atau pesan masuk dari doi.
3. Tanggapan.
Tanggapan
adalah aksi yang dilakukan setelah
mendapatkan petunjuk. Contohnya, Hp berdering, tanggapanmu adalah membuka dan
mengangkat telepon.
4. Ganjaran.
Ganjaran
adalah hasil yang didapat. Contohnya, kamu mengangkat telepon, ganjarannya
adalah kamu tahu isi pesan dari telepon itu.
Lalu, apa hubungannya dengan “kemageran”? Oke, coba kita hubungkan empat pola tadi dengan kemageran kita. Misalnya, pengen rutin olahraga setiap pagi tapi magernya luar biasa.
Jika diterapkan pada pola rutin olahraga setiap pagi, empat pola sebelumnya akan menjadi:
1. Petunjuk: Kamu membaca artikel bahwa olahraga setiap pagi
membuat tubuhmu sehat.
2. Gairah: Kamu termotivasi untuk menjadi sehat.
3. Tanggapan: Kamu melakukan olahraga rutin setiap pagi.
4. Ganjaran: Tubuhmu menjadi sehat.
Nah, di saat kamu sedang mager, berarti ada yang salah di antara empat pola itu. Apa yang salah?
Tergantung.
Hanya kamu yang tahu
salahnya di mana.
Kalau salahnya di no 1 (Petunjuk), artinya kamu belum tahu alasan mengapa kamu berolahraga.
Kalau salahnya di no 2 (Gairah), artinya kamu belum ada
motivasi yang besar untuk menjadi sehat. Tubuhmu sehat atau penyakitan, yaa ... kamu gak peduliin itu. Bodo amat.
Kalau salahnya di no 3 (Tanggapan), artinya kamu tahu bahwa olahraga membuat sehat, kamu juga termotivasi untuk menjadi sehat, kamu mau sehat, tapi kamu nggak melakukan aksi apa pun.
Mau, ya sebatas mau aja.
Nggak dilakukan. Kamu mau sehat tapi nggak mau olahraga.
Wah, gimana sih, kamu?
Kalau salahnya di no 4 (Ganjaran), artinya kamu tahu bahwa olahraga membuat sehat, kamu juga termotivasi untuk menjadi sehat, kamu juga sudah berolahraga tapi kamu pikir nggak ada hasilnya. Olahraga atau nggak, sama saja menurutmu. Tubuhmu nggak banyak berubah, berat badan masih sama, pipi nggak jadi makin tirus.
Jadi, kamu memutuskan untuk berhenti berolahraga, dan nggak
mau melakukannya lagi. Padahal hasilnya kan, nggak instan.
0 comments:
Post a Comment